Senin, 08 Juni 2020

interior pasca pandemi

Hal yang pertama kali saya tertarik untuk membahas ini, berawal dari ketertarikan saya pada salah satu interior desainer yang membahas topik "Bagaimana dampak pandemi terhadap interior desain". langsung saja tanpa basa-basi saya menyimak hingga akhir live tersebut selesai. Lalu saya mencoba mencari lebih dalam mengenai hal tersebut dengan membaca artikel dan apapu informasi terkait hal ini, yang akhirnya tulisan ini bisa di nikmati kalian semua.

Coronavirus pada awalnya berasal dari negri Tiongkok Wuhan, kemudian masuk ke Indonesia pada awal bulan Maret. Pada awalnya saya rasa Indonesia belum siap untuk mewaspadai Coronavirus sendiri. Kita bisa melihat dari lini masa pada saat itu banyak meme yang beredar seolah Indonesia kebal terhadap pandemi ini, adapun jajaran kementrian membuat statment yang saya rasa "meremehkan" dan "menggampangkan", dan ditambah lagi dengan pelakasaan PSBB yang banyak orang Indonesia abai terhadap kebijakan pemerintah saat ini. Ah sudah, Indonesia terserah !

Terlepas dari berita tersebut, kita tahu bawasanya coronavirus ini memiliki efek yang luar biasa. Interior desain sendiri salah satu bidang yang terkena pukulan keras, ibarat didalam ring tinju terkena upper cutAmerican Society of Interior Designers (ASID) membuat survei mengenai industri desain interior untuk mengukur dampak pandemi coronavirus terhadap proyek-proyek desain dan kinerja bisnis. Dari hasil survei menunjukan prosentase hingga 70% para profesional dan praktisi di industri ini mengalami kecemasan terhadap proyek-proyek mereka yang dibatalkan ataupun ditunda yang belum tahu akan sampai kapan.

Sambil puter Dalgona Coffee nya, kita coba mulai masuk pada inti tulisan ini. Seletah melihat situasi saat ini tentunya hal ini banyak profesional di bidang interior dan arsitektur melihat ini sebagai hal yang baru, mulai saat ini harus sama-sama dapat beradaptasi dan mencari soulusi bukan hanya mengeluhkan soal masalah semata. berikut pandangan profesional terkait pandemi ini.

Lea Aviliani Aziz - Elenbee Design "Kebiasaan lama akan ditinggalkan, akan ada kebiasaan baru. Dampaknya terhadap desain rumah, kantor maupun gedung, itu akan mengubah desain,"

Sergey Makhno - Makhno Architecture "predicts how our homes will change once the coronavirus pandemic is over."

Stanley Sun - Mason Studio "We will design our homes and our commercial and public spaces with new awareness of personal safety concerns,"

Dari pandangan berberapa interior maupun arsitektur, hal yang dapat menjadi benang merah yaitu habbit manusia yang berubah, yang berdampak pada life-style seseorang. Hal ini kita dapat cermati bahwa dari kebiasaan yang baru tersebut dapat merubah dalam melakukan pertimbangan perancangan desain. mungkin belum terpikir, kok bisa hal tersebut menjadi pertimbangan dalam perancangan?

Hand-washing area atau ruang steril
Dari kebiasaan baru yang, yang dahulu diabaikan. Kini menjadi hal yang sangat penting bagi masyarakat, pentingnya mencuci tangan sewaktu-waktu akan sangat membantu kita untuk hidup bersih dan memutus rantai penyebaran coronavirus. Pembuatan hand-washing area atau ruang sterilisasi akan sangat vital pada bangunan commercial ataupun public space. Pada penempatanya sendiri menurut saya lebih pada area sebelum pengunjung akan memasuki bangunan dengan mengikuti sirkulasi orang dapat mengakses bangunan tersebut.

Sirkulasi jarak antar furnitur
Kompas.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mulai menggunakan istilah physical distancing atau jarak fisik sebagai cara untuk menghindari penyebaran virus corona lebih luas. Melansir Al Jazeera, dalam sebuah konferensi pers harian 20 Maret lalu, pejabat badan kesehatan global tersebut mengatakan bahwa menjaga jarak fisik sangatlah penting dilakukan di tengah pandemi global yang masih terjadi.
Kabar tersebut menjadi salah satu protokal kesehatan yang direkomendasikan oleh WHO yang dimana hal ini merubah sirkulasi pada tiap furniture yang ada di commercial space. Kita ambil contoh pada sebuah interior restoran ataupun kafe yang dimana harus memberikan jarak minimal pada setiap tempat duduk 3 kaki. Hal ini akan berbenturan jika dilihat dari sisi marketing, yang mana akan mengurangi setengah daripada kapasitas dari bangunan itu. Tapi selaku interior desainer seharusnya kita aware dan dapat memberikan saran maupun edukasi pada klien. Jika setidaknya hal itu dapat mengurangi kapasitas, tapi hal tersebut tidak akan mengurangi rasa aman dan nyaman pengunjung yang datang.

Four seats or less..
Mungkin ini akan terdengar sama seperti apa yang sudah di bahas pada sirkulasi jarak, namun kita dapat melihat pada tempat commercial space dimana konsep "communal" banyak diterapkan. Dengan meja panjang dan berberapa tempat duduk tidak lepas dari konsep tersebut. Hal ini akan menjadi pertimbangan bahwa kita kembali lagi harus menerapkan physical distance, maka pada interior ini harus menerapkan 4 kursi atau kurang.

Kualitas udara yang baik
Bangunan sehat dan nyaman tidak hanya ditentukan oleh kualitas pencahayaan tapi juga sirkulasi udaranya. Agar distribusi udara berjalan baik, ruangan harus didukung sistem ventilasi yang baik. Sirkulasi udara adalah proses pergantian udara di ruang dengan memasukkan udara dari luar dan membuang udara di dalam. Rumah butuh aliran udara memadai. Caranya dengan menciptakan ventilasi udara yang tepat.
Kita pasti sering mendengar dinding berpori atau dinding bernapas, hal tersebut tujuannya sama, yaitu menciptakan udara yang baik. Penggantian udara ini penting, kita tahu jika virus akan tahan berada diruangan yang tertutup selama berberapa jam. Untuk meminimalisir hal tersebut maka pentingnya menciptakan udara yang baik dapat menjadi pertimbangan dalam melakukan perancangan.

Material yang tepat
Pemilihan material yang tepat merupakan pertimbangan lanjutan, mungkin kita akan bilang bahwa setiap kali akan menggunakan material selalu di barengi pertimbangan oleh klien maupun desainer. Tapi apakah kalian tahu bagaimana karakteristik virus pada permukaan material yang dapat diketahui durabilitas dari virus tersebut. Saya mendapatkan data dari salah satu sumber yang dimana hal ini dapat dijadikan acuan atau informasi terkait durabilitas virus pada tiap permukaan material. Menurut penelitian yang diterbitkan oleh Journal of Hospital Infection, Februari 2020, virus corona bisa bertahan di beberapa tempat dalam waktu berikut:
  • Tembaga dan aluminium = 3-4 jam
  • Sarung tangan operasi atau medis = 8 jam
  • Kertas karton atau kardus = 24 jam
  • Besi, baja, dan plastik = 2 – 3 hari
  • Kayu dan kaca= 4 hari
  • Kertas = 4-5 hari
  • Bahkan, dalam sejumlah kasus, virus ini bisa bertahan sampai 5 hari.
Interior pasca pandemi ini akan berdampak bagaimana seorang desainer dapat melakukan adaptasi dan melihat kondisi yang sekarang dengan gaya hidup manusian yang telah berubah. Penerapan desain pada perancangan ini akan harapanya dapat membuat lingkungan menjadi lebih sehat dan memutus mata rantai Coronavirus. Semoga dalam masa pandemi ini kita dapat beradaptasi dan berharap pada suatu saat nanti kehidupan ini akan berjalan normal kembali dan mendapatkan masa depan yang cerah. Terima kasih bagi teman-teman yang selalu support satu sama lain pada masa yang sulit ini.

Tidak ada komentar:

emerge © , All Rights Reserved. BLOG DESIGN BY Sadaf F K.